Ditulis oleh: Diajeng I. Angelia B.
Tanpa kita sadari, manusia hampir selalu menutup mata saat bersin. Anda pasti saat ini berhenti untuk mengingat apakah Anda pernah atau bisa membuka mata saat bersin, kan? Banyak mitos beredar tentang hal ini, salah satunya adalah jika mata terbuka saat bersin mata bisa copot keluar dari kelopaknya. Faktanya, manusia langsung menutup mata saat bersin agar bakteri dan atau virus yang keluar dari hidung tidak masuk ke mata. Jadi menutup mata saat bersin sejatinya adalah sistem pertahanan diri sekaligus mekanisme adaptasi manusia. Dengan COVID 19 yang mewabah dan menyebabkan larangan bepergian dan berkumpul, institusi pendidikan dituntut untuk mengaktifkan mekanisme adaptasinya. Belajar daring, contohnya. Erudio Indonesia yang memfokuskan pembelajaran salah satunya pada seni rupa tentu saja sangat terdampak. Pameran seni yang biasa diadakan di galeri dan didatangi pengunjung, “terpaksa” ditransformasikan ke pameran virtual. Alih-alih diputuskan secara sepihak oleh orang dewasa, Erudio Indonesia memilih melibatkan murid untuk memutuskan apakah pameran 100% dibatalkan, atau divirtualkan. Setelah bergelas-gelas kekecewaan dan berhalaman-halaman kegalauan, segenap warga Erudio Indonesia sepakat mengadakan pameran virtual untuk 83 muridnya. Pameran virtual Aulia Salsabila adalah yang pertama. Aulia menunjukkan mekanisme adaptasi yang luar biasa hampir sepanjang hidupnya. Dilahirkan dengan hambatan penglihatan yang progresif, Aulia menemukan kenyamanan dari musik dan...melukis. Ya, dengan penglihatan yang terhambat, Aulia produktif melukis dengan segala medium; manual, digital sampai pasir, meski itu artinya dia harus mendekatkan wajahnya hingga 5cm dari bidang gambarnya. Tidak berhenti di situ, Aulia juga menciptakan lirik lagu sekaligus membuat video animasi untuk tugas akhirnya. Aulia tidak hanya bertahan, Aulia bersemi. Semoga sukses mengaktifkan mekanisme adaptasi Anda. Dan bersemilah seperti Aulia.