top of page

Tentang Konsistensi dan Refleksi Diri: Dunia Paralel Gilang Pranajaya

Updated: Jun 24, 2020


Ditulis oleh: Giska Cyrilla


Banyak medium yang digunakan untuk menuangkan sebuah ide, komik adalah salah satunya. Menjadi seorang penggemar komik Jepang karya Eiichiro Oda membuat saya pribadi memiliki ekspektasi besar akan komik-komik dalam negeri yang tengah naik daun setelah munculnya internet. Dengan hati besar, saya mulai merajah komik-komik dalam negeri dan muncul kesimpulan singkat akan komik-komik ini: semakin dilirik, semakin menarik.


Setelah saya bekerja sebagai Tim Relationship di Erudio Indonesia, saya ingat betul karya pertama yang saya beli saat siswa-siswi sedang pameran adalah komik berjudul “Woi Nyasar Woi” karangan Gilang Pranajaya.


Setelah saya baca sampai habis, tidak ada penyesalan sedikitpun untuk membelinya. Gilang cukup pandai menuangkan idenya melalui cerita dan visual. Cerita dan pengenalan karakter yang unik, serta goresan visual hitam putih yang membantu pembaca berimajinasi membuat saya berpikir, “Kalau diseriusin lagi, Gilang nggak bakal kalah nih sama karya komikus-komikus besar dalam negeri”. Saya pun menanti komik Gilang selanjutnya.


Karya Final Major Project (FMP) Gilang adalah komik! Saya menanti sekiranya kapan Gilang akan pameran dan launching komiknya, karena saya mau beli lagi, hehehe. Tetapi, tiba-tiba kami semua dipaksa untuk berproses dan menanti dari rumah, jadilah Gilang membuat dunia paralelnya sendiri melalui komik digital “Banana Isekai” yang bisa dinikmati kita semua.&


Banana Isekai tercipta dari lantunan lagu-lagu yang digemari Gilang. Bercerita tentang kehidupan sehari-hari dari 4 tokoh utama bernama Shinjiro, Bibbi, BananaMan dan Main Man. Setiap cerita menampilkan gaya visual yang berbeda-beda, sesuai dengan gaya dan kepribadian tokoh-tokoh tersebut. Konsistensi adalah hal yang sangat sulit dipertahankan (baik dari cerita maupun visual) dengan memiliki banyak tokoh utama, tetapi Gilang cukup bisa menjaganya serta mampu meninggalkan ciri khasnya.


Gilang bukan hanya menuangkan idenya, tetapi Gilang juga menaruh ruh di dalam karya komiknya. Saat melihat salah satu tokoh utamanya, Shinjiro Sagara, kita bisa melihat sosok Gilang di dalamnya, dari tampilan sampai kepribadiannya. Gilang yang sering kita lihat ke sana kemari menggunakan earphone dengan musiknya, kita bisa lihat secara tidak langsung di dalam karakter buatannya.


Pasti dibutuhkan waktu yang lama dan semangat yang menggebu-gebu untuk melahirkan karya ini. Kita perlu tahu apa saja hal yang kita sukai, menarik garisnya menjadi satu, memikirkan visual dan cerita yang cukup mewakilkannya, lalu memproduksinya menjadi sebuah karya istimewa.


Selamat atas karyanya ya, Gilang! Kak Giska tunggu karya-karya kamu selanjutnya!


134 views0 comments

Recent Posts

See All
bottom of page